Sabtu, 04 Agustus 2012

Melawan Kanker dengan Cinta

Hi Fella!!!
Aku kembali lagi nih buat curhat sama kalian. Kali ini aku bakalan cerita pengalaman hebat dari Tanteku.
Sore tadi aku di bangunkan paksa sama Mama karena si Abdul ( Ketua Karang Taruna ) datang ke rumahku. Mama shock dikiranya kami punya hubungan khusus. Aku yang baru bangun cuma cuci muka. Kalian tahu apa yang diomongin sama Abdul? Dia nyuruh aku ikut piknik Karang Taruna ke Jogja. Padahal aku kuliah di Jogja. Gila banget! Aku langsung melakukan tindakan cepat untuk memulangkan Abdul. Sumpah aku nggak suka kalau ada cowok yang dateng ke rumah tiba-tiba. Setelah Abdul pulang, aku critakan semua omongan tadi ke Mama. Aku nggak mau Mama salah paham. 
Baru aja aku selesai cerita ke Mama, Tanteku datang bersama anaknya. Namanya Tante Mariyati, dia istrinya Om Jumali --adiknya Papa-- yang rumahnya nggak jauh dari rumahku. Tante minta diambilin kasa kering dan kasa perekat. Kemudian aku disuruh membokar lukanya.
Brilian Dewandaru. Anak Tante yang kedua. Lucu kan?



Luka apa coba? Luka Tanteku adalah luka bekas kanker payudara. Bulan April yang lalu sebenarnya sudah dioperasi dan seluruh sel kanker sudah diangkat. Tapi, dalam masa penyembuhan selalu ada sel kanker yang kecil akan pecah. Nah, tadi siang salah satu sel kankernya pecah. Katanya sedikit sakit dan perih. Akhirnya lukanya Tante aku  bersihkan dan tutup dengan kasa. Gimana bentuk lukanya? Sangat memprihatinkan. Bayangkan kulit payudara yang mulus tiba-tiba menonjol. Kemudian tonjolan itu membesar dan pecah. Jika salah penanganan luka bakalan infeksi dan bisa busuk payudaranya.
Panggila aja Dek Iyan, di hobby makan segalanya
Aku sebenarnya agak ngeri tapi ini sudah tugasku. Soalnya Mbak Put kakak sepupuku yang dosen Akper sedang berkunjung ke rumah mertuanya di Madura. Lagi pula aku pernah membersihkan luka pendarahan Mbak Wati bekas operasi caesar setelah melahirkan. Luka yang sekarang bukan luka yang berarti buatku. Asal nggak berbau busuk, aku masih bisalah menangani.
Sekarang Tante Mariyati sudah hampir sembuh total dari kankernya. Kalian tahu kenapa dia bisa sembuh? Oh tidak! Bukan Klinik Tong Fang yang menyembuhkan lukanya.
Dek Iyan suka pakai baju superman lho!
Tante Mariyati itu umurnya masih sangat muda sekitar 35 tahun. Dia juga baru punya dua putra, Greggi Pulanggeni (10 tahun) dan Brillian Dewandaru (4 tahun). Tante bekerjasebagai tukang jamu di Tangerang. Anaknya yang besar di tinggal di rumah sama neneknya.
Dek Iyan suka merem kalo ketawa. Imut banget!!!
Waktu itu awal April, Tante pulang karena orang tuanya sakit. Biasalah orang tua jaman sekarang sakitnya komplikasi. Nah, Tanteku yang ngurus orang sakit tiba tiba merasakan hal yang aneh pada payudaranya. Semacam nyeri yang tidak hilang-hilang. Karena dulu pernah ada daging tumbuh ( tumor jinak ) di payudaranya, Tante mengira sakitnya tumor jinak. Akhirnya Tante ke dokternya yang dulu. Setelah berobat selama tiga hari sakitnya tambah parah. Waktu itu Mbak Put menyuruh Tante periksa ulang. Pada saat itu Tante memilih periksa di tiga dokter sekaligus. Saat itulah diketahui kalau benjolan di payudaranya itu kanker. Parahnya lagi kanker yang diderita Tante itu sangat ganas, bayangkan dalam satu minggu selnya sudah berkembang menjadi setelapak tangan orang dewasa. Bahkan saat itu juga Tante diharuskan mengangkat payudaranya.
Tante gimana? Tante sangat shock. Dia hanya bisa menangis dan menangis. Kami sekeluarga hanya bisa menguatkan. Lebih parahnya lagi, saat itu orang tua tante sedang sakit. Tante nggak mungkin cerita sama keluarganya masalah kanker. Ya, yang tahu kanker tante cuma Mbak Put, Om Jumali. Mamaku dan aku.
Pose bersama Kak Egi (Gregi Pulanggeni) kakaknya
Perasaanku kacau balau. Bayangkan saja Tante harus di operasi pengangkatan payudara dengan resiko kematian yang tinggi.  Setiap ingat dua anak tante yang masih kecil, aku ikut menangis. Semuanya tiba-tiba jadi seperti adegan reality show Termehek-mehek .
Untung saja Om Jumali adalah pria yang tangguh. Dia tetap setia di samping istrinya. Mereka bolak-balik ke rumah sakit berdua. Ketika Tante menangis selalu Om Jumali yang menyeka air matanya.
"Ini adalah jalan Tuhan, kita sebagai manusia harus ikhlas menjalaninya" 
Kalimat itu yang selalu di ucapkan Om Jumali. Tante yang mendengarkan pun jadi bertambah kuat. Aku dan Mama hanya bisa membantu dukungan moral. Adek Iyan --Brilian- dititipakn di rumah kami.
Sehari sebelum operasi Tante mengatakan hal yang begitu menyedihkan.
"Kalau Tuhan ingin mengambil nyawaku, aku pasrah. Pasti yang dikehendakiNya adalah yang terbaik untuk hidupku" 
Kalimat itu langsung membuat aku dan Mama bercucuran air mata. Aku sempat protes sama Tuhan kenapa mengirimkan kanker yang begitu mengerikan. Aku benar-benar nggak paham dengan penciptaan kanker!
Sampai akhirnya mukjizat mucul. Pada sesi rotgen terakhir kanker Tante menjinak. Strukternya berubah total dan akhirnya Dokter hanya mengangkat sel kankernya. Tante pun masih bisa hidup normal dengan payudara yang lengkap. Aku percaya mukjizat yang datang pada Tante karena kekuatan cinta. Cinta pada Tuhan yang membuatnya ikhlas. Cinta pada keluarga yang membuatnya kuat. Dan cinta dari suami serta keluarga pada Tante karena dia adalah orang yang penuh cinta kasih.
Aku bahagia luar biasa mendengar cerita mukjizat Tante. Mungkin kanker hanyalah ujian cinta bagi kami. Sebelumnya kami saling mencintai hanya sebatas silaturahmi dan sekarang kami mencintai lebih nyata.
Ini pelajaran berharga dalam hidupku, semoga juga buat kalian ya ! Tante sudah sehat dan anak-anaknya tumbuh sehat.
Tips agar tidak terkena kanker payudara: Analisa dokter menyebutkan sel kanker yang di derita Tante bisa tumbuh karena ada jaringan lemak bekas air susu yang tidak diminum. Maka kalian para calon Mama, sangat disarankan menyusui anak kalian dengan tuntas. Jangan sampai air susu dibiarkan tidak diminum.
Sekian cerita malam ini. Seharusnya malam Minggu aku cerita masalah pacar atau gebetan tapi aku maah cerita masalah penyakit. Maaf ya! Maklum aku jomblo tingkat kronis jadi nggak punya cerita.
Salam  hangat Fella

xoxo
Sekar illalang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar